Sunday 25 November 2012

Ketika Muslim Menolong Yahudi

Israel-Palestina, apa yang didapat jika sekat sekat kebencian yang terus diprovokasi? Kebencian tidak akan menyelesaikan masalah.
Jadi inget, pernah lihat di TV kabel, sebuah sekolah yang murid muridnya terdiri dari muslim dan yahudi, dan bersama sama mengajarkan toleransi, rasa hormat dan saling menghargai. Sekolah itu dikelola oleh seorang muslim dan yahudi, yang ingin generasi mudanya belajar menghargai.
Tetapi tentu saja, sekolah seperti itu seperti suara yang sayup sayup sampai, ketika mayoritas yang dominan adalah suara suara kebencian dan prasangka.
Dan kembali menelusuri sejarah, jadi inget ketika pembantaian Nazi dilakukan terhadap lebih dari 2 juta Yahudi, berbagai kelompok Muslim telah banyak menolong orang Yahudi untuk menyelamatkan diri. Diantaranya adalah:

1. Muslim Albania. Ribuan orang Yahudi diselamatkan oleh Muslim Albania ketika melarikan diri ke sini. Bahkan banyak diantara keluarga Albania ini yang mempertaruhkan nyawanya menyembunyikan keluarga Yahudi, baik dibawah tanah rumahnya maupun di hutan di sekitar desa mereka. Bahkan sampai ada yang sudah ditodong senjata oleh tentara Nazi untuk menunjukkan persembunyian Yahudi, tetap tidak mau memberi tahu, karena memang sudah berjanji untuk melindungi

2. Para muslim diplomat Turki yang berada di Jerman dan Perancis, juga adalah juga yang berusaha menyelamatkan Yahudi dari pembataian Nazi. Bahkan ada yang mempertaruhkan nyawanya berusaha masuk ke kamp konsentrasi untuk menyelamatkan beberapa keluarga Yahudi yang ada di kamp tersebut.

3. Seorang Arab mesir dan Iran adalah juga muslim yang menyelamatkan Yahudi dari pembantaian Nazi.
Dan beberapa muslim lainnya, banyak mempertaruhkan diri untuk melindungi nyawa kaum Yahudi dari pembantaian Nazi. Kisah mereka terdapat di buku yang ditulis oleh seorang Yahudi yang menyatakan terima kasih tak terkira kepada para penolongnya ini. Sayang, buku ini, dan pengarangnya termasuk suara minoritas pula di negara Israel.

Itu adalah sejarah yang lalu. Dan geografi kekuatan politik tampaknya memang ada yang mensetting agar negara Israel ada di Timur Tengah. Konon katanya untuk menahan laju kekuatan negara negara minyak, yang tanpa disangka sangka mempunyai kapital yang luar biasa besar dari hasil minyaknya. Dan bagi bangsa Israel, juga ada kerinduan akan tanah impian. Suatu negara tempat bermukim bagi bangsa yang terdiaspora, terhina dimana mana.

Kini, wilayah itupun telah diduduki. Yerusalem. Tidakkah Israel mau menyisakan lahan juga bagi Palestina? Mengakui negara ini? Jadi inget, ketika UNESCO, PBB mengakui Palestina, Israel walk out dan Amerika Serikat langsung menghentikan bantuannya kepada UNESCO. Mengapa? Bukankah pengakuan adalah jalan damai?

Ya Sudah, semoga kedamaian memang bisa terjadi di sana. Amiin….
Salam Kompasiana!

Sumber : klik


EmoticonEmoticon